amrilibrary
NavBar1
NavBar2
Navbar3
Search This Blog
Minggu, 26 Mei 2013
Kamis, 23 Mei 2013
Teks Book dan E-Book Sama-sama Penting dan Dibutuhkan Masyarakat
Dunia Perpustakaan || Buku
text dan elektronik hanyalah salah satu media untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dalam aktivitas membaca. Sehingga keduanya sama-sama penting
dan seharusnya disediakan untuk masyarakat. Namun dengan berkembangnya
era teknologi, ada pergeseran ke arah elektronik (digital), namun tetap
saja text book juga terus dibutuhkan.
Di Bengkulu, menurut Kepala SMAN 2 Kota
Bengkulu Yunan Danim Mpd mengatakan, minat baca sekarang ini tidak dapat
diukur dari jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan karena adanya
akses internet yang menyediakan referensi maupun buku-buku elektronik.
“Pada saat ini kita tidak dapat mengukur minat baca masyarakat dengan
melihat akses mereka ke perpustakaan, karena kita tidak bisa menghindari
perkembangan teknologi informasi,” kata dia, di Kota Bengkulu, seperti
dikutip dari utama.seruu.com, Sabtu (18/5/13) kemarin.
Ia mengatakan bahwa masyarakat tidak
bisa menilai minat baca dari psarana dan kunjungan ke perpustakaan,
karena adanya akses internet yang menyediakan referensi maupun buku-buku
elektronik yang membuat masyarakat serta pelajar mulai beralih
meninggalkan buku.
“Dengan perangkat yang ringkas saja saat
ini sudah bisa mengakses informasi, dan kebanyakan siswa kita juga
menggunakan media internet untuk menunjang pendidikan, mereka bisa
mendapatkan referensi, membaca, tanpa perlu membawa beberapa buku
sekaligus,” kata dia.
Berbagai kemudahan menurut dia diberikan
oleh perangkat digital untuk mengakses buku serta berbagai macam
informasi menjadi keuntungan dari media digital. Namun menurutnya di
tengah arus toknologi informasi pada media digital, perpustakaan yang
menyediakan buku sebagai media informasi tidak kalah pentingnya.
“Ada hal-hal yang tidak ditemui di
perangkat digital, ada buku-buku maupun dokumen penting yang tidak bisa
diakses di media elektronik dan itu hanya ada di perpustakaan,” ucapnya.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan dibagikan, semoga berpahala :-)
Sumber: http://www.duniaperpustakaan.com/
Sumber: http://www.duniaperpustakaan.com/
Minggu, 21 April 2013
"Pikiran Positif Menghambat kegagalan dan mempercepat kesuksesan"
Sedikit ingin bercerita penggalaman kesuksesan saya dalam mengapai cita-cita yang saya impikan (highest success!).
Berawal dari impian saya sejak kecil berambisi untuk menjadi seorang TNI (Tentara Nasional Indonesai), namun keluarga tidak begitu setuju kalau saya menjadi seorang tentara terutama kedua orang tua saya. Namun tetap saya perjuangkan impian masa kecil saya mulai dari saya sekolah di Masrasah Alaih kelas XII di MA. Muhammadiyah Plompong 1 sebuah sekolah yang berdiri kokoh di sudut desa inilah saksi bisu bagimana saya mengukir tinta sejarah kehidupanku. Semester akhir waktu itu tahun 2009 saya mulai mencari info-info seputar pendaftaran KARBOL (Sekolah para Perwira Menengah) TNI Angkatan Udara Adi Sucipto Yogyajkarta, kemudian ikut sekleksi gagal di kelengkapan administrasi. Tahun 2010 kulaih LPK Magistra Utama mengambil jurusan Teknik Komputer D1. kemudian di tahun 2011 sebelum saya mendaftar kuliah di UIN Su-Ka lagi saya mendaftar di BINTARA TNI AU Adi Sucipto Yogyakarta, gagal juga di tes kelengkapan administrasi pra PANTUKIR (Panitia Penentu Akhir Daerah). Dua kali gagal kecewa dan sakit rasnya waktu itu, tapi saya sadar perasaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, tanpa berfikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kuliah, tapi bingung mau mengambil bidang jurusan apa antara jurusan olahraga di UNY atau Teknik Informatika di STMIK AMIKOM. Setelah berkonsulltrasi dengan kakak saya ia menyarankan untuk masuk di UIN Su-Ka mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi karena lulusanya banyak dibutuhkan. Wahh,, baru dengar ada namanya jurusan ilmu perpustakaan, akhirnya tanpa befikir panjang karna saya yakin banget itu adalah pilihan terbaik saya, langsung deh ndaftar pilihan pertama ilmu perpustakaan D3, pilihan kedua ilmu perpustakaan S1 dan ikut seleksi lewat jalur reguler 1 di kampus UIN Su-Ka. Pas pengumuman hasil seleksi namaku tidak tercantum dalam daftar mahasiswa UIN Su-Ka. Sedih juga kecewa kembali saya alami lagi, Yaa Allah tenyata engaku masih mengguji ketabahan, kesabaran dan kekuatan hamba-MU ini. Di seleksi masuk reguler 2 saya mendaftar lagi dengan mengambil jurusan yang sama namun pilihan pertama ilmu perpustakaan S1 dan kedua ilmu perpustakaan D3, saya berusaha positif thinking dan yakin pasti bisa dan Alhamdulillah di daftar pengumuman penerimaan mahasisawa baru UIN Su-Ka tercantum namaku. Rasa syukur yang tak ternilai harganya keapada sang pencipta yang ternyata masih mendengar do’a ku.
Mungkin bagi sebagian mahasisawa yang memilih jurusan ilmu perpustakaan adalah karena kecelakaan atau tak ada pilihan lain yang membuatnya harus kuliah. Tapi beda dengan saya, saya memilih jurusan ilmu perpustakaan itu karena kemauan sendiri, pilihan pertama, dan yang terpenting ini adalah jurusan ilmu perpustakaan yang membuat saya menemukan sosok jati diri saya sesungguhnya. semua ini tidak lepas dari dukungan dan motifasi oleh para dosen-dosen di kampus Bapak Solihin Arianto, Ibu Sri Rohyati Zulaikha, Ibu Marwiyah, Bapak Nurdin Laugu, dan masih banyak lagi, nah yang ini terutama mak nyak Labibah Zain M. Lis dosen teraneh, gokil, dosen gemblung namun elegan. Tapi jangan salah gemblung-nya beliau adalah gemblung yang sehat dan mendidik, mampu memotifasi mahasiswa untuk berkarya namun tetap dalam batasan akhlak yang baik. Dan yang paling penting orang tuaku yang selalu mendoakaanku disaat saya sedang sudah ataupun senang.
Ketika kita sudah senang terhadap pilihan hidup, selalu berfikir positif ternyata melahirkan hasil positif juga. Ini terbukti terhadap jalan hidup saya dimana sangat banyak sekali perubahan karakter dan pemikiran. Dalam kehidupan saya sebagai seorang mahasisawa yaitu ikut aktif dan berperan penting dalam organisasi ilmu perpustakaan bernama LIBERTY (librarian Educational*Relationship*Community) yang dalam misinya yaitu Ikut berperan dalam menumbuhkembangkan budaya literasi dikalangan masyarakat secara umum. Dengan saya ikut berkonstribusi dalam organisasi ternyata menambah pengetahuaan dan wawasan dalam dunia perpustakaan. Saya sungguh beruntung telah ditakdirkan Allah untuk menjadi mahasiswa ilmu perpsutakaan karena membuat mata saya mampu melihat lebih jauh dari yang dipirkan sebelumnya.
Walau masih sedikit subangsih saya untuk membangun bangsa ini, namun inilah karya saya yang mampu saya torehkan semasa kuliah sekarang, yaitu:
1. Mengotomasikan perpustakaan di SD Negeri klaten
2. Mengotomasikan Perpustakaan SD Negeri 2 Kupen, Kabupaten Temanggung
3. Mengotomaiskan Perpustakaan SD SLB Negeri 1 Yogyakarta
4. Mengotomasikan Perpustakaan Puro Pakualaman Yogyakarta
5. Narasumber pada pelatihan otomasi perpustakaan berbasis Slims di MTs Al-Falah Arungkeke, Jeneponto, Sulawesi Selatan
6. Mengotomasikan perpustakaan MTs Al-Falah Arungkeke, Jeneponto, Sulawesi Selatan
7. Mengotoasikan perpustakaan pesantren Da’watul Islamiah Samigaluh, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta
Memahami sukses tidak akan terbentuk ketika tidak ada impian-impian jadi kuncinya berhubunganlah dengan kebenaran dalam diri anda dan ciptakan keinginan terdalam kita. Hargai semua itu dan kita juga harus memiliki mimpi itu semua tanpa rasa takut, malu, atau terlembat karna dalam kamus kesuksesan tidak ada kata-kata seperti itu. Sejatinya semua yang kita impikan memang milik kita sendiri tinggal bagaimana kita bisa menjabarkan, meraih dan memilikinya. Sukses tidak selalu identik dengan materi tetapi sukses adalah dimana kita merasakan arti sebuah pengorbanan yang sesungguhnya.
Berawal dari impian saya sejak kecil berambisi untuk menjadi seorang TNI (Tentara Nasional Indonesai), namun keluarga tidak begitu setuju kalau saya menjadi seorang tentara terutama kedua orang tua saya. Namun tetap saya perjuangkan impian masa kecil saya mulai dari saya sekolah di Masrasah Alaih kelas XII di MA. Muhammadiyah Plompong 1 sebuah sekolah yang berdiri kokoh di sudut desa inilah saksi bisu bagimana saya mengukir tinta sejarah kehidupanku. Semester akhir waktu itu tahun 2009 saya mulai mencari info-info seputar pendaftaran KARBOL (Sekolah para Perwira Menengah) TNI Angkatan Udara Adi Sucipto Yogyajkarta, kemudian ikut sekleksi gagal di kelengkapan administrasi. Tahun 2010 kulaih LPK Magistra Utama mengambil jurusan Teknik Komputer D1. kemudian di tahun 2011 sebelum saya mendaftar kuliah di UIN Su-Ka lagi saya mendaftar di BINTARA TNI AU Adi Sucipto Yogyakarta, gagal juga di tes kelengkapan administrasi pra PANTUKIR (Panitia Penentu Akhir Daerah). Dua kali gagal kecewa dan sakit rasnya waktu itu, tapi saya sadar perasaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, tanpa berfikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kuliah, tapi bingung mau mengambil bidang jurusan apa antara jurusan olahraga di UNY atau Teknik Informatika di STMIK AMIKOM. Setelah berkonsulltrasi dengan kakak saya ia menyarankan untuk masuk di UIN Su-Ka mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi karena lulusanya banyak dibutuhkan. Wahh,, baru dengar ada namanya jurusan ilmu perpustakaan, akhirnya tanpa befikir panjang karna saya yakin banget itu adalah pilihan terbaik saya, langsung deh ndaftar pilihan pertama ilmu perpustakaan D3, pilihan kedua ilmu perpustakaan S1 dan ikut seleksi lewat jalur reguler 1 di kampus UIN Su-Ka. Pas pengumuman hasil seleksi namaku tidak tercantum dalam daftar mahasiswa UIN Su-Ka. Sedih juga kecewa kembali saya alami lagi, Yaa Allah tenyata engaku masih mengguji ketabahan, kesabaran dan kekuatan hamba-MU ini. Di seleksi masuk reguler 2 saya mendaftar lagi dengan mengambil jurusan yang sama namun pilihan pertama ilmu perpustakaan S1 dan kedua ilmu perpustakaan D3, saya berusaha positif thinking dan yakin pasti bisa dan Alhamdulillah di daftar pengumuman penerimaan mahasisawa baru UIN Su-Ka tercantum namaku. Rasa syukur yang tak ternilai harganya keapada sang pencipta yang ternyata masih mendengar do’a ku.
Mungkin bagi sebagian mahasisawa yang memilih jurusan ilmu perpustakaan adalah karena kecelakaan atau tak ada pilihan lain yang membuatnya harus kuliah. Tapi beda dengan saya, saya memilih jurusan ilmu perpustakaan itu karena kemauan sendiri, pilihan pertama, dan yang terpenting ini adalah jurusan ilmu perpustakaan yang membuat saya menemukan sosok jati diri saya sesungguhnya. semua ini tidak lepas dari dukungan dan motifasi oleh para dosen-dosen di kampus Bapak Solihin Arianto, Ibu Sri Rohyati Zulaikha, Ibu Marwiyah, Bapak Nurdin Laugu, dan masih banyak lagi, nah yang ini terutama mak nyak Labibah Zain M. Lis dosen teraneh, gokil, dosen gemblung namun elegan. Tapi jangan salah gemblung-nya beliau adalah gemblung yang sehat dan mendidik, mampu memotifasi mahasiswa untuk berkarya namun tetap dalam batasan akhlak yang baik. Dan yang paling penting orang tuaku yang selalu mendoakaanku disaat saya sedang sudah ataupun senang.
Ketika kita sudah senang terhadap pilihan hidup, selalu berfikir positif ternyata melahirkan hasil positif juga. Ini terbukti terhadap jalan hidup saya dimana sangat banyak sekali perubahan karakter dan pemikiran. Dalam kehidupan saya sebagai seorang mahasisawa yaitu ikut aktif dan berperan penting dalam organisasi ilmu perpustakaan bernama LIBERTY (librarian Educational*Relationship*Community) yang dalam misinya yaitu Ikut berperan dalam menumbuhkembangkan budaya literasi dikalangan masyarakat secara umum. Dengan saya ikut berkonstribusi dalam organisasi ternyata menambah pengetahuaan dan wawasan dalam dunia perpustakaan. Saya sungguh beruntung telah ditakdirkan Allah untuk menjadi mahasiswa ilmu perpsutakaan karena membuat mata saya mampu melihat lebih jauh dari yang dipirkan sebelumnya.
Walau masih sedikit subangsih saya untuk membangun bangsa ini, namun inilah karya saya yang mampu saya torehkan semasa kuliah sekarang, yaitu:
1. Mengotomasikan perpustakaan di SD Negeri klaten
2. Mengotomasikan Perpustakaan SD Negeri 2 Kupen, Kabupaten Temanggung
3. Mengotomaiskan Perpustakaan SD SLB Negeri 1 Yogyakarta
4. Mengotomasikan Perpustakaan Puro Pakualaman Yogyakarta
5. Narasumber pada pelatihan otomasi perpustakaan berbasis Slims di MTs Al-Falah Arungkeke, Jeneponto, Sulawesi Selatan
6. Mengotomasikan perpustakaan MTs Al-Falah Arungkeke, Jeneponto, Sulawesi Selatan
7. Mengotoasikan perpustakaan pesantren Da’watul Islamiah Samigaluh, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta
Memahami sukses tidak akan terbentuk ketika tidak ada impian-impian jadi kuncinya berhubunganlah dengan kebenaran dalam diri anda dan ciptakan keinginan terdalam kita. Hargai semua itu dan kita juga harus memiliki mimpi itu semua tanpa rasa takut, malu, atau terlembat karna dalam kamus kesuksesan tidak ada kata-kata seperti itu. Sejatinya semua yang kita impikan memang milik kita sendiri tinggal bagaimana kita bisa menjabarkan, meraih dan memilikinya. Sukses tidak selalu identik dengan materi tetapi sukses adalah dimana kita merasakan arti sebuah pengorbanan yang sesungguhnya.
Senin, 18 Maret 2013
Reconstruct The Old Habits, Smart People Would Go to The Library
Kuliah Umum denagan Tema
“Perpustakaan Untuk Rakyat”
Kuliah umum ini dilaksanakan Pada hari Senin, 11 MAret 2013, di Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yopgyakarta.
Dengan narasumber yang sanagt poluler di dunia Literasi , siapa lagi kalau bukan mereka para Laskar Literasi:
Tema yang diangkat pada perkuliah kali ini adalah “Perpustakaan untuk Rakyat” Buku karangan Bapak Blasius Sudarsono berkolaborasi dengan Mba Ratih Rahmawati. Dalam buku ini bapak Blas (panggilan akrabnya) memposisikan dirinya sebagai seorang “ayah” dan ratih sebagai anaknya. Berawal dari dialog antara bapak dan anak yang disini Ratih masih galau dan mencari jati dirinya sebagai seorang pustakawan. Walau secara formal ia memang kuliah di jurusan ilmu perpustakaan namun kegalauan masih menghingapinya, hingga tertulis dalam buku.
Dalam diskusi denagn mahasiwa-mahasiwa UIN Sunan kalijaga ini Pak Blas menyinggung arti pentinggnya menulis. Dikatakan bahwa seorang pustakawan atau calon pustakwan itu harus bisa menulis, apalagi sudah menjadi pustakwaan makomnya / tingkatanya bukan membaca lagi tapi sudah mencapai makom menulis. Sebab tidak afdol bila seorang pustakawan yang memiliki sumber informasi yang akurat tapi pekerjaanya hanya sebatas menjaga buku saja tanpa bisa berkreasi. Apapun alasanya harus bisa menulis, agar pustakwaan dikenal oleh masyarakat bahwa perpustakaan itu ceras dan penuh inspiratif. Dalam bukunya “Perpustakaan Untuk Rakyat” menjelaskan bagaimana seorang pustakawaaan itu mampu berkreasi dengan full power dan dengan kecepatan irama yang terus meningkat. Walaupun sebagaian mahasiswa beranggapan pak Blas gaya bicara dan tulisanya yang susah untuk dipahami namun dalam penjelasanya selalu meninggalkan jejak agar mahasiswa dapat mencari dan memecahkan masalahnya sendiri. Contoh kecil dalam kalimat, kenapa perpustakaan untuk rakyat sedangkan TBM (taman baca masyarakat) untuk masyarakat dan bukan Taman Baca Rakyat?. Menurut pak Blas menjelaskan kepada mba Ratih dengan pendekatan bahasa yang mudah dipahami namun sebenarnya tetap rumit [:D] bahwa rakyat itu dijelaskan sebagai sebuah pihak yang berlawanan dengan pemerintah. Jadi rakyat adalah sekumpulan orang yang tinggal secara legal dalam sebuah wilayah negara (sedangkan masyarakat tidak ada hubungany dengan batasan administrasi) yang harus mendapat jaminan dari pemerintah untuk hidup layak, kecuali kelompok pemerintah yang kaya raya. Mereka ini menurut pak Blas tidak bisa dikelompokn sebagai rakyat. Masih meninbulkan Tanya [?] sehingga diperluakn pembaca sendiri yang menemukan definisi dan kriteria yang tepat untuk istilah rakyat.
Namun yang saya garis bawahi tidak pada dialog ini adalah bentuk hard skill-nya bahwa antara perpustakaan dan TBM yang bila dilihat lebih dalam terdapat hubungan kausal yaitu hubungan sebab - akibat yang sangat kuat, dan keduaanya juga berurusan dengan objek yang sama yaitu penumbuhan minat baca masyarakt (simbol intelektual dan akademis).
Ketika ibu Afi Rosdiana dalm acara ini menjelaskani isi buku lebih memfokuskan pada keselarasan antara perpustakaan dan TBM. Tentu tidak ada yang meragukan lagi arti pentingnya sebuah perpustakaan dan TBM di tengah-tengah masyarakat, kedua lembaga bertanggungjwab penuh dalam penyediaan dan pemenuhan kebutuhan informasi dan bahan pustaka yang akurat dan terpercaya, sebagi pusat sumber belajar (learning center), dan juga pusat komunitas. Dengan kata-kata yang singkat saya menyipulkan intinya antara perpustakaan dan TBM ini dari dan oleh untuk masyarakat.
“Perpustakaan Untuk Rakyat”
Kuliah umum ini dilaksanakan Pada hari Senin, 11 MAret 2013, di Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yopgyakarta.
Dengan narasumber yang sanagt poluler di dunia Literasi , siapa lagi kalau bukan mereka para Laskar Literasi:
- Bapak Blasius Sudarsono (Filosof kepustakawanan)
- Ratih Rahmawati (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI)
- Ibu Afia Rosdiana (KASI Pepustakaan Kota Yogyakarta)
Tema yang diangkat pada perkuliah kali ini adalah “Perpustakaan untuk Rakyat” Buku karangan Bapak Blasius Sudarsono berkolaborasi dengan Mba Ratih Rahmawati. Dalam buku ini bapak Blas (panggilan akrabnya) memposisikan dirinya sebagai seorang “ayah” dan ratih sebagai anaknya. Berawal dari dialog antara bapak dan anak yang disini Ratih masih galau dan mencari jati dirinya sebagai seorang pustakawan. Walau secara formal ia memang kuliah di jurusan ilmu perpustakaan namun kegalauan masih menghingapinya, hingga tertulis dalam buku.
Dalam diskusi denagn mahasiwa-mahasiwa UIN Sunan kalijaga ini Pak Blas menyinggung arti pentinggnya menulis. Dikatakan bahwa seorang pustakawan atau calon pustakwan itu harus bisa menulis, apalagi sudah menjadi pustakwaan makomnya / tingkatanya bukan membaca lagi tapi sudah mencapai makom menulis. Sebab tidak afdol bila seorang pustakawan yang memiliki sumber informasi yang akurat tapi pekerjaanya hanya sebatas menjaga buku saja tanpa bisa berkreasi. Apapun alasanya harus bisa menulis, agar pustakwaan dikenal oleh masyarakat bahwa perpustakaan itu ceras dan penuh inspiratif. Dalam bukunya “Perpustakaan Untuk Rakyat” menjelaskan bagaimana seorang pustakawaaan itu mampu berkreasi dengan full power dan dengan kecepatan irama yang terus meningkat. Walaupun sebagaian mahasiswa beranggapan pak Blas gaya bicara dan tulisanya yang susah untuk dipahami namun dalam penjelasanya selalu meninggalkan jejak agar mahasiswa dapat mencari dan memecahkan masalahnya sendiri. Contoh kecil dalam kalimat, kenapa perpustakaan untuk rakyat sedangkan TBM (taman baca masyarakat) untuk masyarakat dan bukan Taman Baca Rakyat?. Menurut pak Blas menjelaskan kepada mba Ratih dengan pendekatan bahasa yang mudah dipahami namun sebenarnya tetap rumit [:D] bahwa rakyat itu dijelaskan sebagai sebuah pihak yang berlawanan dengan pemerintah. Jadi rakyat adalah sekumpulan orang yang tinggal secara legal dalam sebuah wilayah negara (sedangkan masyarakat tidak ada hubungany dengan batasan administrasi) yang harus mendapat jaminan dari pemerintah untuk hidup layak, kecuali kelompok pemerintah yang kaya raya. Mereka ini menurut pak Blas tidak bisa dikelompokn sebagai rakyat. Masih meninbulkan Tanya [?] sehingga diperluakn pembaca sendiri yang menemukan definisi dan kriteria yang tepat untuk istilah rakyat.
Namun yang saya garis bawahi tidak pada dialog ini adalah bentuk hard skill-nya bahwa antara perpustakaan dan TBM yang bila dilihat lebih dalam terdapat hubungan kausal yaitu hubungan sebab - akibat yang sangat kuat, dan keduaanya juga berurusan dengan objek yang sama yaitu penumbuhan minat baca masyarakt (simbol intelektual dan akademis).
Ketika ibu Afi Rosdiana dalm acara ini menjelaskani isi buku lebih memfokuskan pada keselarasan antara perpustakaan dan TBM. Tentu tidak ada yang meragukan lagi arti pentingnya sebuah perpustakaan dan TBM di tengah-tengah masyarakat, kedua lembaga bertanggungjwab penuh dalam penyediaan dan pemenuhan kebutuhan informasi dan bahan pustaka yang akurat dan terpercaya, sebagi pusat sumber belajar (learning center), dan juga pusat komunitas. Dengan kata-kata yang singkat saya menyipulkan intinya antara perpustakaan dan TBM ini dari dan oleh untuk masyarakat.
Kamis, 14 Februari 2013
Status Palsu. Katanya?
Dalam
membanggun paradigama baru tentu bukan perkara mudah dan sangat berat
karena harus menggusur paradigm lama yang tertanam dalam pikiran
masyarakat umum, apa yang terpikirkan oleh masyarakat tentang
perpustakaan dan pustakawan yang bekerja didalamnya adalah sebuah
paradigma lama, dimana bahwa mereka menganggap perpustakaan adalah
sebuah banggunan yang sunyi sepi dan sangat menjenuhkan bila
dikunjungi, dan profesi pustakawan adalah profesi yang nggak
banget. Terang saja dari segi finansial tidak menjanjikan, dari segi
prorefi tidak membangakaan mertua. Ditambah lagi ada seorang mahasiswa
ilmu perpustakaan yang menganggap studi ilmu perpustakaan itu hanya
setatus palsu. Artinya setatus yang tidak jelas. untuk apa ilmu
perpustakaan itu? Apa bisa lulusan perguruan tinggi ilmu perpustakaan
bisa sukses? Bukankah pustakawaaan itu hanya duduk manis, menjaga buku,
dan mengbersihkan buku dari debu-debu yang menempel di buku?! Itulah
kenyataannya perpustakaan dan pustakawan dalam kacamata masyarakat awam.
Lalu apa jalan keluar yang cerdas dari problem yang sedang pustakawan
hadapi ini? Yuukk tilik aja di sini.. lanjuuttt.
Jadi pustakawaan itu harus Percaya Diri sebab tidak semua orang dapat menjadi pustakawaan, pustakawaan itu merupakaan pekerjaan yang paling mulia dimana ia melayani masyarakat yang membutuhkan informasi baik itu yang tercetak atau yang terekam, mensensor buku-buku yang layak di publikasikan dan yang tidak layak dipublikasikan, menjadi profesi pustakawan tidaklah mudah ia harus lulusan diploma dan sarjana ilmu perpustakaan, karena tidaklah sembarang ilmu bisa diterapkan di perpustakaan. Dan jangan salah dari segi financial pun banyak para pustakawan yang justru sukses menulis buku, berbisnis, dan menjadi dosen. Karena profesinya yang langka sehingga masih banyak dibutuhkan di dunia kerja. Satu hal lagi yang menjadi anugerah terindah seorang manusia yaitu yang tergerak hatinya menjadi seorang pustakawan. Karena pasti ia sadar dan tahu betul bahwa membudayakan literasi bukan hanya tanggungjawab pemerintah, lingkungan masyarakat, dan keluarga. Membudayakan masyarakat untuk gemar membaca adalah tanggungjawab setiap manusia dan sudah menjadi takdir manusia. Hal ini yang juga yang sering dilupakan oleh masyarakat modern sekarang bahwa hidup semata-mata hanya untuk mecari kenikamatan dunia, semua diukur dengan seberapa besar kamu mampu menghasilkan uang, inilah yang sebenarnya yang harus diluruskan. Menjadi pustakawan itu anugerah,, yaa.! Itulah kata yang paling tepat diucapkan.
Ada istilah yang sering kita dengar di masyarakat bahwa buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah rumah dunia. Tidak ada perpustakaan tidak ada peradaban tidak ada buku maka tidak ada history. Orang mendengar kata perpustakaan yang terbayang di benak mereka adalah seperti yang saya paparkan diatas ditambah koleksinya pasti buku-buku “textbook” sehingga keberadaan perpustakaan menjadi tidak menarik menjadi sangat sempurna. Padahal taukah anda bahwa banyak perpustakan yang menjadi tempat bermain anak-anak, remaja, dan orangtua sambil berlibur atau menjalankan aktifitas dengan membaca buku novel atau buku-buku cerita, ada juga yang datang ke perpustakaan ingin menikmati acara-acara lomba kuliner, lomba mewarnai untuk anak-anak dan mengupas buku anyak yang best seller dengan runangan yang berAC dan luas sehingga tidak mengganggu pernapasan, bahkan sekarang ada juga perpustakaan alam dimana para pengguna perpustakaan dapat bersantai di taman yang di sulap menjadi sebuah miniature alam mini, sehingga membuat penguna perpustakaan berlama-lama di perpustakan sambil membaca buku dan mencari inspirasi. So, apa lagi yang anda takutkan?!
Jadi pustakawaan itu harus Percaya Diri sebab tidak semua orang dapat menjadi pustakawaan, pustakawaan itu merupakaan pekerjaan yang paling mulia dimana ia melayani masyarakat yang membutuhkan informasi baik itu yang tercetak atau yang terekam, mensensor buku-buku yang layak di publikasikan dan yang tidak layak dipublikasikan, menjadi profesi pustakawan tidaklah mudah ia harus lulusan diploma dan sarjana ilmu perpustakaan, karena tidaklah sembarang ilmu bisa diterapkan di perpustakaan. Dan jangan salah dari segi financial pun banyak para pustakawan yang justru sukses menulis buku, berbisnis, dan menjadi dosen. Karena profesinya yang langka sehingga masih banyak dibutuhkan di dunia kerja. Satu hal lagi yang menjadi anugerah terindah seorang manusia yaitu yang tergerak hatinya menjadi seorang pustakawan. Karena pasti ia sadar dan tahu betul bahwa membudayakan literasi bukan hanya tanggungjawab pemerintah, lingkungan masyarakat, dan keluarga. Membudayakan masyarakat untuk gemar membaca adalah tanggungjawab setiap manusia dan sudah menjadi takdir manusia. Hal ini yang juga yang sering dilupakan oleh masyarakat modern sekarang bahwa hidup semata-mata hanya untuk mecari kenikamatan dunia, semua diukur dengan seberapa besar kamu mampu menghasilkan uang, inilah yang sebenarnya yang harus diluruskan. Menjadi pustakawan itu anugerah,, yaa.! Itulah kata yang paling tepat diucapkan.
Ada istilah yang sering kita dengar di masyarakat bahwa buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah rumah dunia. Tidak ada perpustakaan tidak ada peradaban tidak ada buku maka tidak ada history. Orang mendengar kata perpustakaan yang terbayang di benak mereka adalah seperti yang saya paparkan diatas ditambah koleksinya pasti buku-buku “textbook” sehingga keberadaan perpustakaan menjadi tidak menarik menjadi sangat sempurna. Padahal taukah anda bahwa banyak perpustakan yang menjadi tempat bermain anak-anak, remaja, dan orangtua sambil berlibur atau menjalankan aktifitas dengan membaca buku novel atau buku-buku cerita, ada juga yang datang ke perpustakaan ingin menikmati acara-acara lomba kuliner, lomba mewarnai untuk anak-anak dan mengupas buku anyak yang best seller dengan runangan yang berAC dan luas sehingga tidak mengganggu pernapasan, bahkan sekarang ada juga perpustakaan alam dimana para pengguna perpustakaan dapat bersantai di taman yang di sulap menjadi sebuah miniature alam mini, sehingga membuat penguna perpustakaan berlama-lama di perpustakan sambil membaca buku dan mencari inspirasi. So, apa lagi yang anda takutkan?!
Selasa, 05 Februari 2013
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga bersaing ditengah ledakan informasi dalam komunitas maya
Awal tahun 2013 Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga kembali berlanganan e-journal internasional (jurnal elektronik) yaitu emerald, AAAS (The Ameican Association for the Advancement of Science), dan Oxford Islamic Studies. yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan masih banyak lagi e-journal yang bisa mahasiswa manfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan suplay informasi yang akurat. diharap dengan adanya e-journal ini mahasiswa mampu memanfaatkan dengan baik. So,, ayo kunjungi di lib.uin-suka.ac.id
Selasa, 01 Januari 2013
Rekor MURI Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Di penutupan tahun 2012 lalu perpustakaan UIN mendapatkan
Rekor Muri sebagai perustakaan yang pertama menggunakan teknologi RFID
(Radio Frequency Identivication) dalam peminjaman dan pengembalian
koleksi perpustakaan secara mandiri, merupakan penutupan tahun yang
paling manis. Pemberian penghargaan rekor muri ini oleh wakil dari
Direktur Muri yaitu Ibu yakni Ari Indriani kepada Rektor UIN Sunan
Kalijaga, Prof. Dr. H. Musa Asy’ari yang didampingi oleh kepala
Perpustakaan UIN. Dalam sambutanya sesaat sebelum meyerahkan
penghargaan ini Ari indiani mengucapkan selamat kepada perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga yang telah berhasil membuat rekor muri baru di dunia
perpustakaan Indonesia. perpustakan UIN masuk rekor MURI yang ke 5727
dalam catatan MURI Indonesia. Penetapan inipun didasarkan atas
rekomendasi dari Assosiasi Perguruan Tinggi Islam di Indonesia dan dari
PT Visicom Citra Perkasa, selaku perusahaan yang mengeluarkan produk
berteknologi RFID. diharapkan dengan adanya Rekor MURI ini menejemen
perpustakaan semakin bagus dan berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi, juga SDM (sumber daya manusia) semaikin berkualitas, ramah,
sopan, dan selalu menjunjung etika profesi sebagai budaya berperilaku
profesional.
untuk info selengkapnya silakan kunjungi http://www.lib.uin-suka.ac.id
untuk info selengkapnya silakan kunjungi http://www.lib.uin-suka.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)